Diakon Gaudensius Taninas
Minggu Biasa XXX
Bacaan I : Yer. 31: 7-9
Bacaan II : Ibr. 5:1-6
Injil : Mrk. 10: 46-52
Kalimat ini adalah permohonan penuh keharuan seorang yang merindukan sentuhan penuh kasih yang menyembuhkan.
Bartimeus adalah pria malang yang buta, hidup dari belaskasihan orang. Kebutaan dan kemiskinan adalah sebuah gambaran kemalangan seorang manusia.
Dalam situasinya inilah Bartimeus berani menyapa Yesus; Yesus anak Daud, kasihanilah aku!.
Sapaan dan seruan Bartimeus bukan sekedar seruan permintaan sebagaimana ia mengemis untuk sepotong roti. Seruannya kali ini adalah sebuah ikrar iman dan sebuah kepasrahan yang total. Ia menyapa Yesus sebagai anak Daud, dengan menyapa-Nya demikian Bartimeus sesungguhnya mengungkapkan identitas mesianik Yesus. Kitab suci perjanjian lama menulis tentang penyelamat terjanji dari keturunan Daud yang akan membebaskan Israel dari perhambaan. Dengan menyebut Yesus sebagai Putra Daud maka Bartimeus sesungguhnya mengungkapkan ikrar imannya akan Yesus sebagai penyelamat terjanji itu yang dinubuatkan Kitab Suci Perjanjian lama khususnya nabi Yesaya. Atas dasar inilah maka ia dengan penuh harap memohon belas kasih Yesus untuk penderitaannya. Kebutaan Bartimeus menjadi jembatan penghubung iman dan pengharapannya. Ia buta secara fisik namun jiwanya mampu mengenal kehendak Allah yang dinyatakan melalui Yesus Putra Daud sang penyelamat terjanji. Dengan kebutaannya, Bartimeus mempresentasikan ikrar iman yang tidak terbatas pada fisik manusiawi.
Iman adalah keterbukaan jiwa untuk mengenal Allah dan kerahiman-Nya.
Dalam bacaan pertama kita mendengar tentang sorak sorai keselamatan bagi sisa-sisa Israel. Bartimeus dalam bacaan Injil mempertegas golongan ini. sisa Israel adalah mereka yang dalam keteguhan iman percaya bahwa keselamatan Allah itu akan datang kapan pun saatnya. Dalam penderitaan dan berbagai penindasan, mereka tetap percaya pada penyelenggaraaan Allah. Orang-orang lumpuh dalam gembaran Yeremia adalah orang-orang yang telah melalui berbagai tantangan iman, mereka mungkin saja menderita secara fisik seperti Bartimeus, tetapi mereka memiliki iman. Oleh iman inilah, mereka memperoleh keselamatan. Kesembuhan yang dialami Bartimeus dan sukacita orang-orang lumpuh dalam nubuat Yeremia adalah gambaran keselamatan bagi semua orang beriman.
Penyelamatan Allah itu nyata kepada orang yang percaya kepada-Nya.
Gereja pada akhir masa biasa ini mengajak seluruh umat untuk meneguhkan pengharapan akan karya keselamatan Allah. Bartimeus mewakili kita orang-orang beriman yang dalam situasi yang serba penuh kelemahan. Dalam penderitaan ia masih sanggup mengenal Yesus dan memohon belas kasih-Nya. Demikian setiap orang beriman berada dalam posisi yang sama. Iman dan pengharapan jangan luntur dalam segala macam penderitaan dunia. Penulis surat Ibrani dalam bacaan kedua mengatakan bahwa kita memiliki Imam agung, Yesus Kristus sebagai penyelamat. Seperti Bartimeus, hal pertama yang kita perlukan dalam situasi ini adalah pengenalan yang intens akan Yesus. Pengenalan itu hanya dapat diperoleh dengan usaha untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya. Semakin kita dekat semakin kita mengetahui hakikat penyelamatan yang dinyatakan melalui diri-Nya. Setelah mengenal Yesus kita dapat berharap akan belaskasih-Nya. Mari kita belajar dari Bartimeus yang dalam keterbatasan fisik tetap memiliki iman dan mempunyai pengharapan. Hanya dengan itu kita dapat menjumpai Tuhan kita dan memohon belas kasih-Nya. Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita. AMIN