Skip to content
Paroki Santo Yoseph Naikoten Kupang

Paroki Santo Yoseph Naikoten Kupang

Pelayanan Pastoral Digital

  • Salam
  • Info Paroki
    • Profil Singkat
    • Sejarah Singkat
    • Tim Pastores & Karyawan
  • Sakramen
    • Sakramen Baptis
    • Sakramen Rekonsiliasi
    • Sakramen Ekaristi
    • Sakramen Penguatan
    • Sakramen Perkawinan
    • Sakramen Pengurapan Orang Sakit
    • Sakramen Imamat
  • Ibadat
  • Komunitas
    • Lembaga Hidup Bhakti
    • Kelompok Kategorial
  • Dokumen
  • Donasi
  • Kontak Kami
Renungan Mingguan

Iman Menggerakkan Persaudaraan

Sep 21, 2024

Minggu Biasa XXV
Bacaaan I : Keb. 2: 12. 17-20
Bacaan II :Yak. 3:16-4:3
Injil : Mark. 9: 30-37

Diakon Gaudensius Taninas

Ketiga bacaan pada Minggu biasa ke-25 ini menyentil secara nyata kehidupan aktual kita. Pada Hari Minggu biasa ke-24 yang lalu kita menegaskan identitas kita sebagai pengikut Yesus, dengan subjek pertanyaan Yesus sendiri Menurutmu siapakah Aku ini? maka pada minggu biasa ke-25 ini kita dihantar untuk mewujudkan identitas kita yang kita terima berkat pengenalan kita akan Yesus Kristus. (Setelah mengenal Yesus sebagai Mesias, seperti Petrus, apa yang perlu kita buat untuk mengikutinya). Ketiga bacaan suci hari ini, sekiranya memuat gambaran nyata bagaimana mengekspresikan jati diri kita sebagai orang yang mengimani Kristus.

Identitas kita orang Kristen nyata lewat percaya dan mengimani Kristus. Dengan percaya kepada-Nya, kita mengemban misi Kristus sendiri yakni mewartakan kebaikan Tuhan dalam kehidupan ini. Penulis kitab Kebijaksanaan membuat distingsi tegas antara orang yang tidak mengenal Allah (orang fasik) dan orang yang mengenal Allah. Pengenalan kita akan Allah, membuat kita dapat bertahan dalam setiap kesusahan duniawi karena kita percaya bahwa kita memiliki Allah. Perbedaan orang fasik dan orang beriman nampak dalam pola laku hidupnya. Orang fasik hidup dengan berusaha mencelakanakan orang lain, sedangkan orang beriman berusaha menyelamatkan orang. Ketahanan dalam iman dalam narasi kitab Kebijaksanaan hari ini dapat kita maknai sebagai kesetiaan melayani dan memberi kehidupan bagi yang lain. Dengan itu kita dapat menyebut diri kita sebagai orang-orang yang yang mengenal Kristus karena Ia telah dahulu berbuat demikian.

Iri hati dan nafsu ingat diri bagi Rasul Yakobus adalah musuh keberimanan. Iri hati dan nafsu kuasa membuat orang lebih memprioritaskan dirinya sendiri. Dengan mementingkan diri sendiri maka misi keberimanan menjadi cacat dan orientasi iman diarahkan secara salah. Hal ini dapat kita lihat dalam Injil ketika murid-murid Yesus lebih mengejar prestise dan mengabaikan aspek terpenting dari iman yakni pengorbanan. Setelah menyaksikan kemuliaah Tabor dan mujizat yang dibuat Yesus, para murid mulai membayangkan kemuliaan duniawi yang akan mereka nikmati. Usaha para murid untuk menjadi yang pertama dan utama merupakan sebuah eksplorasi diri dengan menggunakan identitas mereka sebagai murid-murid Yesus. Hasrat mementingkan diri inilah yang kemudian dikritik Yesus dengan mengambil contoh pribadi seorang anak kecil yang tidak pernah berpikir soal kedudukan dan posisi.

Masih hangat dalam ingatan kita tema refleksi kunjungan Paus Ke Indonesia Iman, Persaudaraan dan Belarasa. Tema ini dapat menjadi jembatan simpul peremenungan kita hari ini. Ketiga elemen ini saling mengikat erat dan menjadi bagian penting perjalanan iman kita. Iman adalah identitas kita. Kita menyebut diri sebagai orang-orang Kristen, orang-orang yang mengenal dan mengimani Kristus. Identitas kita ini melekat pada diri kita dan diarahkan pada Kristus sebagai sumber iman. Sebagai wujud nyata iman itu, kita dipanggil untuk bersaudara. Iman tanpa persaudaraan adalah iman yang mati. Yesus bersahabat dengan semua orang, orang berdosa, para pemungut cukai, orang-orang Farisi yang memusuhi-Nya. Dan persaudaraan itu melahirkan kepedulian yang penuh kasih. Seturut nasehat kitab Kebijaksanaan hari ini, iman, persaudaraan dan bela rasa hanya dapat nyata bila kita bersedia untuk tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain seperti orang-orang fasik. Dan seturut seruan rasul Yakobus, memperjuangkan iman dan mewujudkan persaudaraan dan belarasa hanya dapat terwujud bila kita bersedia menanggalkan iri hati dan nafsu ingat diri. Identitas iman tidak harus menjadikan kita berusaha untuk mencapai posisi tertentu. Kita tetap menuju surga yang sama, makan di meja perjamuan yang sama, makan perjamuan yang sama pula. Maka usaha untuk menjadi yang terdahulu, usaha untuk menjadi yang terbesar itu sia-sia. Surga tidak bisa diukur dengan jengkal-jengkal jari manusiawi kita. Alih-alih menyibukan diri dengan semuanya itu, baiknya mari kita berjalan bersama dengan menyingkirkan segala ego diri dan mengambil contoh seorang anak kecil yang dalam kepolosan senantiasa percaya bahwa segalanya telah disediakan Allah bagi dirinya. AMIN

Navigasi pos

Identitas Murid Kristus
Yang Dipersatukan Allah Jangan Diceraikan Manusia

Related Post

Renungan Mingguan

Kasih Dibangun Dalam Perjumpaan

Nov 4, 2024
Renungan Mingguan

Yesus Putra Daud Kasihanilah Aku

Okt 26, 2024
Renungan Mingguan

Hidup Kekal Tidak Dapat Dibeli

Okt 12, 2024

Info Lain

Berita

Uskup Agung Kupang tetapkan Stasi St. Petrus Manulai II Menjadi Kuasi Paroki, RD Andre J. Alo’a sebagai Pastor Kuasi Paroki

Juni 15, 2025 sanjose.nkt
Berita

Perayaan Ekaristi Hari Raya Pentakosta 2025

Juni 8, 2025 sanjose.nkt
Berita

Perayaan Ekaristi Kenaikan Tuhan Yesus Kristus Tahun 2025

Mei 29, 2025 sanjose.nkt
Info Paroki

Rekoleksi dan Meditasi Bersama THS-THM, Pemuda Katolik, dan Mahasiswa STIPAS KAK

Mei 29, 2025 sanjose.nkt
Paroki Santo Yoseph Naikoten Kupang

Paroki Santo Yoseph Naikoten Kupang

Pelayanan Pastoral Digital

Proudly powered by WordPress | Theme: Newsup by Themeansar.