Diakon Gaudensius Taninas
Minggu Biasa XXIV, 15 September 2024
Bacaan I : Yes. 50: 5-9a
Bacaan II : Yak. 2: 14-18
Injil : Mrk. 8: 27-35
Ketiga bacaan suci pada Minggu biasa ke-24 ini menghantar kita untuk merenungkan identias diri kita sebagai orang-orang Kristen.
Bagi kita orang beriman, identias diri kita ditentukan lewat iman yang satu yakni akan Yesus Kristus Putra Allah yang hidup. Identitas ini menentukan pola laku dan kehidupan sosial kita.
Sebagai orang Kristus (orang yang percaya akan Kristus) kita berusaha agar kehidupan kita senantiasa mencerminkan kehadiran Kristus sendiri, kita menjadi alter Christi (Kristus yang lain). Ini adalah pokok yang menjadi simpul bila kita menyusuri seluruh isi ketiga bacaan hari ini.
Pengenalan akan Kristus menjadi Kriteria paling utama agar iman itu benar-benar menjadi identitas.
Pertanyaan Yesus kepada para murid dalam bacaan Injil hari ini, adalah suatu pertanyaan penegasan identitas kemuridan mereka. Yesus menguji sejauh mana para murid mengenal-Nya. Maka ia terlebih dahulu mengurai pandangan orang lain; kata orang siapakah Aku ini?. Dapat dipastikan bahwa orang-orang yang jauh dari Yesus tidak mengenalnya. Mereka mengira Ia adalah: Yohanes Pembabtis, Elia dan salah seorang dari para nabi. Pertanyaan selanjutnya adalah: “Tapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Sebuah pertanyaan penegasan bagi mereka yang setiap hari mengikuti Yesus: Setelah sekian lama kamu mengikuti Aku, bagaimana pendapatmu tentang Aku, siapakah Aku ini?.
Petrus mewakili para murid dengan menyebut : “Engkau adalah Mesias”. Jawaban ini menunjukan kualitas pencarian Petrus sebagai seorang murid sejati. Ia menegaskan identitas itu dengan menegaskan pengenalannya akan Yesus sebagai Mesias.
Inilah contoh seorang beriman, kita beriman Kristen, kita percaya pada Kristus. Untuk boleh percaya dan beriman kepada-Nya kita memerlukan suatu pengenalan yang mendalam akan Kristus sendiri. Proses pengenalan ini membutuhkan suatu proses pendekatan yang intens antar kita sebagai orang beriman dengan Yesus Tuhan kita. Petrus bisa mengenal Yesus karena selalu berada dekat dengan-Nya.
Dengan mengenal dan mengimani Yesus, kita perlu membuat iman itu menjadi iman yang hidup. Iman yang hidup berarti menghidupi pribadi Kristus dalam kehidupan kita. Hal ini ditegaskan Yakobus dalam bacaan kedua menekankan aspek kongkrit (nyata) dari iman. Iman tanpa wujud nyata perbuatan adalah iman yang mati. Wujud iman itu dapat dilaksanakan dengan belajar dari pribadi Yesus sendiri. Hal pertama dan yang utama adalah bertahan dalam segala situasi. Iman membutuhkan suatu ketahanan.
Yesaya melalui bacaan pertama hari ini menampilkan aspek korban sebagai inti dari iman.
“Aku memberikan punggungku kepada orang-orang yang memukuli aku dan pipiku kepada orang-orang yang mencabuti janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku waktu dinodai dan diludahi.” Yesaya memberikan suatu gambaran ketahanan iman yang berkorban.
Seperti Yesus yang rela menderita demi terwujudnya kerajaan Allah, demikian manusia beriman mestinya tidak takut terhadap penderitaan. Penderitaan dalam hal ini, penderitaan karena iman, bukan penderitaan karena kelalaian pribadi. Orang-orang yang rela menderita karena iman selalu percaya : Tuhan adalah penolong abadi.
Hal kedua lebih kongkrit. Tentang iman dan pengorbanan, bagi Rasul Yakobus perlu diwujudkan dalam kehidupan bersama. Seperti Yesus yang senantiasa peduli pada mereka yang lemah dan menderita, demikian iman itu perlu diwujudkan dengan memperhatikan mereka yang demikian. Orang yang berkekurangan baik materi, kurang perhatian, kurangnya kebahagiaan, kurang beriman, kurang ke Gereja, kurang peduli dan kurang-kurang yang lain.
Semua mereka itu menjadi tanggungjawab kita sebagai orang beriman. Dengan memperhatikan mereka yang demikian, kita membuat iman itu hidup. Seperti Yesus sendiri telah berbuat demikian, maka kitapun harusnya juga demikian.
Semua misi perwujudan iman, penegasan identitas iman yang diuraikan di atas, tidak bisa kita capai bila kita tidak lebih dahulu dekat pada Yesus.
Mengenal Yesus secara dekat seperti Petrus, membuat kita mengenal-Nya secara mendalam dan memahami kehendak-Nya.
Kita percaya bahwa Kristus senantiasa menghidupi perkataan-Nya maka kita yang mengimani-Nya mesti juga demikian halnya. Tidak selalu mudah, tapi itulah yang diminta Yesus agar identitas kita sebagai murid Kristus benar-benar nyata.
Semoga Yesus yang telah memanggil kita sebagai murid-Nya, senantiasa memampukan kita untuk terus berjalan dalam iman dengan tetap meneladani-Nya. AMIN