Diakon Gaudensius Taninas
Minggu Biasa XIII
Bacaan I : Yes. 35: 4-7a
Bacaan II : Yak. 2: 1-5
Injil : Markus 7: 31-37
Kita berada pada bulan Kitab Suci Nasional.
Hari-hari hidup kita dalam bulan ini, kita usahakan agar selalu diinspirasi dan dijiwai oleh Sabda Allah sendiri.
Tema permenungan nasional tahun ini adalah Allah sumber Keadilan.
Bentuk keadilan Allah itu kita renungan pertama-tama bahwa keadilan Allah itu nampak dalam perlakuan-Nya kepada manusia. Maka tema permenungan pertama tentang keadilan Allah adalah Allah Menjadi Dasar Pengharapan dalam Kesulitan.
Tema ini sangat relefan kita renungkan bersama dalam konteks ketiga bacaan suci hari Minggu biasa yang ke-23 ini.
Pengharapan orang beriman didasari oleh iman. Iman membuat seorang manusia tidak mengandalkan diri sendiri melainkan secara sadar tahu bahwa di atas semuanya, Allah-lah yang menjadi sumber seluruh hidup manusia.
Nabi Yesaya dalam bacaan pertama hari ini menyerukan suatu optimisme iman; kuatkanlah hatimu, jangan takut. Lihatlah Allah-mu akan datang dengan pembalasan dan ganjaran. Ia sendiri akan datang menyelamatkan kamu.
Di tengah ketidakadilan yang dihadapi Israel, Yesaya menyerukan suara pengharapan.
Israel memang sedang berada dalam dinamika sosial yang rumit pada zaman Yesaya.
Para penguasa berlaku secara tidak adil, kemerosotan moral sosial yang akut di tengah masyarakat. Merupakan nuansa sosial yang dihadapi Yesaya.
Dalam dinamika hidup sosial yang demikian, Yesaya menunjukkan suatu optimisme iman bahwa dunia tidak berakhir dengan cara yang demikian. Allah adalah pengatur keseimbangan dunia.
Pengharapan itu digambarkan Yesaya dengan suatu gambaran pemulihan: mata orang buta akan dicelikkan dan telinga orang tuli akan dibuka sedangkan orang-orang lumpuh akan melompat.
Yesaya menekankan bahwa tidak ada pengharapan yang sia-sia dalam Allah. Dunia memang sedang tidak baik-baik saja. Isu politik, ketidak adilan hukum dan sosial, krisis kehidupan ekonomi dan sosial memang telah menjadi bagian dari ziarah zaman ini. Orang-orang yang berpengharapan akan memandang semua persoalan ini dengan optimis bahwa sekalipun dunia sedang tidak baik-baik saja, mereka masih mempunyai Allah yang akan menata keseimbangan dunia ini dan rahmat-Nya pasti nyata kepada semua orang yang percaya.
Pola keseimbangan hidup manusia juga merupakan prinsip pengharapan. Allah senantiasa menerima dan memperlakukan secara sama orang-orang yang berharap pada-Nya.
Nasihat Rasul Yakobus dalam bacaan kedua menjadi inspirasi, bahwa keseimbangan itu terjadi karena iman yang satu dan sama yang kita terima. Di hadapan Allah semua manusia disatukan dalam suatu prinsip iman yang satu dan sama. Maka Rasul Yakobus bermaksud mengajak semua orang beriman untuk berlaku adil dalam kehidupan ini.
Bagi Yakobus kemewahan dunia bukanlah inti pengharapan manusia, iman adalah satu-satunya harta karena dengan iman orang dapat menerima warisan surgawi.
Yesus memulai periode pewartaannya di daerah-daerah kafir (Dekapolis). Tindakan simbolik ini menekankan universalitas keselamatan Allah. Yesus merangkul semua orang termasuk mereka yang belum mengenal Allah. Perkenalan keselamatan Allah yang Yesus perankan digambarkan dengan tindakan penyembuhan seorang yang tuli. Dengan melakukan mijizat ini, Yesus memberikan nuansa pengharapan baru bagi orang-orang non-Yahudi.
keselamatan yang ditawarkan Yesus adalah keselamatan bagi semua bangsa. Pesan pengharapan itu diungkapkan sendiri oleh orang-orang non-Yahudi Ia menjadikan segala-galanya baik. Inilah pengharapan yang dibawa Yesus.
Dalam seluruh karya-Nya, Yesus tidak memperkenalkan keselamatan yang eksklusif bagi Israel melainkan keselamatan yang terbuka kepada seluruh bangsa. Maka orang-orang non Yahudi juga memperoleh hak yang sama dalam karya keselamatan Allah.
Sabda Tuhan hari ini menuntun ziarah hidup kita di dunia yang dinamis ini. Dunia kita memang senantiasa dinamis. Dalam keadaan demikian, kita diminta untuk tidak menjadi tawanan dunia. Jangan membiarkan dunia memenjarakan kita dan membuat kita lebur dalam kuasanya. Alih-alih melakukan semuanya itu, mari kita berpaling pada Yesus sumber pengharapan kita. Pada-Nya kita boleh percaya bahwa Allah tetap memelihara kita. Pengharapan kita adalah bahwa Yesus telah memenangkan kita dari dunia, maka jangan takut. Orang percaya senantiasa yakin bahwa dalam keadaan dunia yang dinamis ini, keselamatan Allah tetaplah nyata.
Maka Paus Fransiskus dalam Kotbahnya pada misa Agung bersama umat Katolik bangsa Indonesia berpesan; janganlah lelah berlayar, jangan lelah menebar jala kasih di dalam dunia dan jangan lelah bermimpi. Tiada yang mustahil bagi orang yang senantiasa berharap pada Tuhan.
Amin.