Minggu Biasa XXI
Bacaan I : Yos. 24: 1-2a. 15-17.18b
Bacaan II : Ef. 5: 21-32
Injil : Yoh. 6: 60-69
Oleh Diakon Gaudensius Taninas
Kisah penemuan jati diri sejati seorang murid, jati diri seorang beriman merupakan nafas utama bacaan-bacaan suci hari ini. Dalam bacaan pertama, Yosua menguji jati diri bangsa pilihan Allah. Siapakah yang mereka pilih Yahwe atau dewa-dewa asing. Pengalaman gurun adalah pengalaman pemurnian keberimanan Israel. Yahwe adalah Allah yang memanggil, menuntun dan menempatkan Israel menduduki tanah terjanji. Jawaban orang Israel terhadap Yosua adalah sebuah pengikraran iman, penegasan jati diri mereka sebagai bangsa pilihan Allah. Kami akan beribadah kepada Tuhan (Yahwe) sebab Dialah Allah kita. Dengan ini Israel bersaksi kepada Yosua bahwa Allah (Yahwe) adalah tujuan akhir pencarian mereka. Jati diri mereka ini bukanlah sekedar sebuah pilihan, melainkan sebuah penemuan dan penegasan diri. Proses penemuan jati diri sebagai bangsa pilihan menegaskan aspek penting usaha kontinu untuk melalui semua momen hidup dengan kesadaran akan karya penyelenggaraan Allah.
Bacaan Injil menyajikan jawaban Petrus terhadap Yesus setelah pengunduran diri besar-besaran para murid. Petrus menegaskan jati dirinya sebagai seorang murid yang sejati. Narasi injil Yohanes bab 6 merupakan narasi kisah yang dinamis. Dimulai dengan pemberian makan 5000 orang dan diakhiri dengan pengunduran diri para murid. Kisah ini menggarisbawahi motif pencarian sesungguhnya seorang murid. Yesus pertama-tama memasuki kehidupan para murid lewat kebutuhan manusiawi mereka (memberi makan) dan secara perlahan memperkenalkan para murid akan misteri keselamatan Allah. Yesus memperkenalkan diri lewat cara paling manusiawi, sekaligus menyatakan kemuliaan Allah di setiap karya-Nya. Dinamika proses pewartaan Yesus ini, di hadapan para murid adalah sebuah pemurnian motivasi mereka datang kepada Yesus. Apakah pencarian mereka hanya untuk kebutuhan manusiawi mereka yang sementara? (sesungguhnya kamu mencari Aku bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itudan telah kenyang; Yoh. 6:26). Kisah injil hari ini mempertegas hal itu. Para murid yang mengundurkan diri menjadi bukti bahwa mereka dijebak dalam ukuran manusiawi semata. Jiwa kemuritan mereka hanya sampai pada bagaimana Yesus sanggup memberikan mereka sesuatu yang mereka butuhkan. Penolakan mereka terjadi saat Yesus menekankan aspek tertinggimisi-Nya yakni pengorbanan.
Jawaban Petrus menjadi sisi terkuat deklarasi iman seorang murid sejati. Ini seperti sebuah simpul pencarian. Setelah semua pengalaman iman bersama dengan Yesus, Petrus akhirnya mengakui bahwa Yesus bukan sekedar satu di antara banyak pilihan, melainkan satu-satunya pilihan. Tuhan kepada siapa kami akan pergi? Sabda-Mu adalah Sabda kehidupan kekal. Pernyataan Petrus merupakan pernyataan paradox dengan murid-murid yang tidak setia. Petrus mengakui Yesus sebagai yang kudus dari Allah, maka Sabda-Nya adalah sabda kehidupan yang sesungguhnya. Pada titik ini kita dapat melihat kualitas kemuritan Petrus ia mencari Yesus karena Ia percaya bahwa Yesus adalah yang kudus dari Allah, jalan menuju kehidupan kekal.
Rasul paulus dalam bacaan kedua memberi jabaran peranan kita dalam hal percaya dan mengakui Yesus. Apakah kita hanya ingin mengikuti Yesus agar keinginan kita terpenuhi? Rasul Paulus menegaskan bahwa diperlukan ekspresi nyata seorang murid. Dalam konteks jemaat Efesus ia menggambarkannya dengan menekankan pola relasi suami Istri. Ia menekankan polarelasi resiprokal. Istri taat dan tunduk pada suami; dan suami mengasihi istri seperti mengasihi dirinya sendiri. Pola ketaatan dan pola kasih ini bercermin pada Kristus sendiri. Kristus adalah kepala dan jemaat adalah anggota tubuh mistik Kristus. Kristus mengasihi Gereja dan Gereja tunduk taat pada perintah-Nya.
Seorang murid sejati adalah dia yang sanggup berdiri kokoh dalam hal kesetiaan dan ketaatan. Dari Petrus dan bangsa Israel kita dapat belajar bahwa murid sejati adalah dia yang selalu berada di sisi guru-Nya. Murid sejati itu setia ketika semua orang berpaling. Murid sejati itu adalah dia yang tetap tinggal dalam perintah sang guru. Kita semua adalah murid-murid Kristus berkat sakramen Baptis dan Ekaristi. Maka kita mestinya senatiasa setia pada guru sejati kita dengan tetap tinggal pada perintah-perintah-Nya. Semoga kasih Kristus memampukan kita untuk tetap senantiasa tinggal pada sabda-Nya yang menghidupkan.